Watyutink.com – Periode kedua masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tinggal kurang dari 2 tahun lagi atau sekitar 20 persen lagi waktu yang tersisa untuk dapat merampungkan program pembangunan yang telah dicanangkan sebelumnya.
Sejumlah prestasi ditorehkan oleh mantan walikota Solo tersebut. Tidak dapat dipungkiri selama pemerintahan Jokowi pembangunan infrastruktur sangat masif. Kalau boleh menggunakan jargon yang sering digunakan pada masa Orde Baru, Jokowi pantas dijuluki sebagai Bapak Infrastruktur.
Di tangannya terbangun jalan tol sepanjang 1.700 km, termasuk 508 km yang belum diselesaikan dan yang mangkrak di era presiden sebelumnya.
Tol yang dibangun Jokowi 2,1 kali lebih panjang dibandingkan tol yang sudah dibangun pemerintahan sebelumnya, bahkan sejak masa Presiden Soeharto. Dibandingkan dengan era presiden sebelum Jokowi, tol yang dibangun 8,7 kali lebih panjang.
Jokowi juga membangun 30 waduk, 18 pelabuhan, 21 bandar udara, dan beberapa marina. Percepatan pembangunan infrastruktur didukung oleh peningkatan alokasi dana dalam APBN untuk pembangunan infrastruktur selama delapan tahun terakhir.
Pembangunan yang bersifat material ini sangat masif, nyaris menutup kenyataan bahwa ada pembangunan bidang lain yang bersifat immaterial yang terseok-seok pembangunannya, bahkan sangat jauh pencapaiannya dibandingkan dengan yang telah dicapai presiden sebelumnya.
Sebut saja pendapatan per kapita Indonesia yang naik tipis semasa pemeritahan Presiden Jokowi sehingga muncul kekhawatiran Indonesia akan terjebak di dalam kelompok negara berpendapatan menengah bawah.
Menurut laporan Bank Dunia, pendapatan per kapita Indonesia pada 2004 hingga 2014 naik 3,5 kali lipat dari 1.080 dolar AS menjadi 3.730 dolar AS. Pada masa pemerintahan Jokowi kenaikannya hanya 1,3 kali dari 3.730 dolar AS pada 2014, menjadi 4.140 dolar AS pada 2021.
Kendati terjadi kenaikan pendapatan, Indonesia masih berada di kelompok negara berpendapatan menengah bawah. Menurut kategori terbaru dari Bank Dunia, negara menengah bawah memiliki pendapatan per kapita di kisaran 1.086 – 4.255 dolar AS.
Negara lain yang senasib dengan Indonesia adalah Filipina, dengan pendapatan per kapita 3.640 dolar AS pada tahun yang sama. Ukraina juga masuk ke kelompok ini dengan pendapatan per kapita sebesar 4.120 dolar AS.
Presiden Jokowi juga keteteran dalam memberantas kemiskinan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan 2022, jika pada periode 2004 – 2014 sebanyak 8,6 juta orang keluar dari kemiskinan atau dari 16,7 persen berkurang menjadi 10,9 persen (580 basis point), pada periode Jokowi (2014-2022) hanya turun 110 basis point dari 10,9 persen menjadi 9,8 persen. Namun yang ditonjolkan oleh pemerintahaan saat ini adalah bahwa kemiskinan sudah berkurang menjadi satu digit.
Miskin tak berkurang banyak, pengangguran justru bertambah di era Presiden Jokowi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, Jokowi justru menambah pengangguran dari 5,7 persen pada awal pemerintahannya di 2014 menjadi 5,8 persen pada 2022. Bahkan pernah mencapai 7,07 persen pada 2020.
Sebelumnya pengangguran sudah berkurang banyak dari 9,9 persen pada 2004 menjadi 5,7 persen pada 2014. Lebih dari 10 juta orang keluar dari pengangguran pada periode tersebut.
Tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi di Tanah Air bisa jadi imbas dari melambatnya pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi di era Presiden Jokowi sebanyak 1,3 kali lipat, diukur dari kenaikan angka produk domestik bruto (PDB) dari 890,81 miliar dolar AS pada 2014 menjadi 1.190 miliar dolar AS pada 2021.
Di era presiden sebelumnya, menurut Bank Dunia, kenaikan PDB mencapai 3,4 kali lipat dari 256,84 miliar dolar AS pada 2004 menjadi 890,81 miliar dolar AS dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 6-7 persen per tahun.