Idul Adha Melahirkan Manusia Terbaik

- Jumat, 30 Juni 2023 | 20:14 WIB
Puasa bisa sehatkan otak dan saraf manusia
Puasa bisa sehatkan otak dan saraf manusia

Watyutink.com - Ummat Islam baru saja merayakan hari raya Idul Adha 1444 H, yakni ibadah penyembelihan hewan qurban usai pelaksanaan shalat ied, sebuah ritual agama Islam yang sangat tua umurnya yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS.

Kisahnya bermula ketika Nabi Ibrahim AS bertekad agar agama besar monoteisme dan ajaran tauhid yang dibawanya di tengah masyarakat penyembah berhala tetap lestari. Dia tidak ingin masyarakatnya kembali menyembah berhala. Namun bagaimana mungkin bisa mempertahankan cita-cita tersebut sedangkan dia tidak mempunyai keturunan.

Maka atas pertimbangan kelanggengan agama tauhid, Nabi Ibrahim AS meminta izin kepada istri pertamanya, Siti Sarah AS, yang belum juga dikaruniai anak untuk menikah lagi. Siti Sarah AS mengizinkan suaminya mempunyai istri lagi dengan syarat tidak boleh lebih muda, tidak boleh cantik, dan dari lingkungan terdekat. Lalu ditunjuklah Siti Hajar AS yang merupakan asisten rumah tangga mereka.

Nabi Ibrahim AS menikahi Siti Hajar AS. Tak lama berselang Siti Hajar AS pun hamil. Ketika umur bayi dalam kandungan terus bertambah dan untuk menghindari timbulnya rasa cemburu dari Siti Sarah AS, Nabi Ibrahim AS memindahkan Siti Hajar AS ke Mekkah.

Sesudah pindah ke Mekkah, Nabi Ibrahim AS mendengar kabar istri pertamanya hamil. Diliputi rasa gembira dan bahagia, dia menengok istri pertamanya di Palestina dan meninggalkan Siti Hajar AS di Mekkah. Sepeninggalan Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar AS melahirkan Nabi Ismail AS di belakang Ka’bah.

Nabi Ismail AS pun tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan kritis yang kemudian, atas perintah Allah SWT, disuruh disembelih oleh ayahnya sendiri sebagai sebuah pengorbanan.

Peristiwa qurban merupakan realisasi dari sebuah mimpi. Nabi Ibrahim AS melihat dalam mimpinya menyembelih anaknya. Lalu dia meminta pendapat anaknya dan dijawab “wahai ayah lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Al-Quran surah As-Saffat, Ayat 102)

Sungguh luar biasa, seorang anak muda yang kritis, cerdas mempersilahkan urat lehernya digorok oleh bapaknya. Mengapa Nabi Ismail AS tega menyerahkan lehernya untuk digorok? Karena redaksi yang digunakan dalam Al Quran adalah ‘.. dalam mimpi [manaam] aku melihat …’.

Di dalam Al Quran disebutkan beberapa macam mimpi. Ada mimpi yang tidak bisa dipandang enteng karena sifatnya penting. Remaja yang sudah mimpi basah maka mulai berlaku kewajiban hukum Islam kepadanya seperti shalat, puasa dan sebagainya.

Mimpi juga bisa diartikan bunga tidur. Namun mimpi yang dialami Nabi Ibrahim AS disebut manaam yang datangnya benar-benar dari Allah, bukan dari Iblis. Kalau istilah hilm (mimpi) yang digunakan bisa jadi datang dari tipuan iblis/setan atau endapan alam bawah sadar yang muncul ketika sedang tidur.

Konsep penyembelihan (sacrifice) yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS terhadap Nabi Ismail AS sebenarnya sudah ada dalam tradisi masyarakat Yunani dan Timur Tengah. Yang harus dikorbankan adalah manusia. Di dalam sejarah klasik Timur Tengah, Eropa disebutkan setiap satu keluarga harus mempersembahkan satu anggota keluarganya untuk disembelih.

Penyembelihan manusia umum terjadi pada masa itu seperti saat akan membangun bangunan besar maka disembelihlah seorang anak, bukan seekor binatang. Kepala bayi atau kepala anak itu kemudian dipersembahkan pada bangunan. Praktek ini merajalela di mana-mana.

Persembahan anak manusia juga menjadi tradisi masyakarat Mesir di sekitar Sungai Nil setiap tahun.  Mereka meyakini satu kepercayaan sungai itu akan murka, meluapkan banjir, memusnahkan tanaman dan menggenangi permukiman penduduk dan menelan korban jika tidak diberikan anak gadis. Anak gadis dilemparkan hidup-hidup untuk mencegah Sungai Nil marah.

Ketika Umar bin Khattab menaklukkan Mesir dan mendengar cerita tersebut, dia menulis surat. Surat itu dikenal dengan sebutan Surat Umar yang dikirimkan ke Sungai Nil, bukan lagi gadis yang dilemparkan ke dalam aliran air.

Dalam surat itu tertulis “Kalau kau banjir karena tidak diberikan anak gadis, silakan banjir. Mulai hari ini tidak akan kami korbankan anak manusia untukmu. Tetapi kalau kau banjir karena Allah, kami juga persilakan karena itu kehendak Yang Maha Kuasa.”

Halaman:

Editor: Sarwani

Tags

Terkini

Udara Jakarta Sangat Tidak Sehat Jumat Pagi

Jumat, 29 September 2023 | 15:35 WIB

Politik Dinasti, Racun Peradaban Politik Nasional

Senin, 11 September 2023 | 16:57 WIB

Politik Sirkus Para Pencuri Perhatian

Selasa, 5 September 2023 | 18:39 WIB

2024, NO Jokowi, NO Kemenangan?

Kamis, 31 Agustus 2023 | 07:54 WIB

Tantangan Indonesia Hadapi Era Industri 4.0

Rabu, 9 Agustus 2023 | 19:00 WIB

Idul Adha Melahirkan Manusia Terbaik

Jumat, 30 Juni 2023 | 20:14 WIB

Piagam Jakarta dan Kearifan Bangsa Indonesia

Kamis, 22 Juni 2023 | 16:00 WIB

Kemiskinan Tanpa "Pemiskinan"

Kamis, 22 Juni 2023 | 07:00 WIB

Satu Jam di Alam Terbuka

Selasa, 13 Juni 2023 | 16:30 WIB

Teladan Pendiri Bangsa, Standar Etika Politik

Jumat, 26 Mei 2023 | 11:15 WIB

Solusi Lintas Ilmu, Negara, dan Generasi

Minggu, 21 Mei 2023 | 13:00 WIB

Antara Inspeksi dan Introspeksi

Rabu, 10 Mei 2023 | 15:00 WIB

Mencegah Kepunahan Pilar Peradaban

Minggu, 7 Mei 2023 | 11:30 WIB

Buruh Dapat Apa di Hari Buruh?

Jumat, 5 Mei 2023 | 15:02 WIB

Menarilah untuk Bumi dan Manusia

Sabtu, 29 April 2023 | 10:00 WIB
X