• Sabtu, 23 September 2023

AS, Krisis Ukraina dan Kebohongan Internasional

- Senin, 28 Maret 2022 | 16:30 WIB
Ilustrasi watyutink  (muid/watyutink.com)
Ilustrasi watyutink (muid/watyutink.com)

Oleh: Achmad Munjid

Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM

Watyutink.com - Kebenaran, kata Michel Foucault (2002), adalah kekeliruan tak terbantah yang telah mengeras lewat proses sejarah. Dalam politik, juga politik internasional, kebenaran, kekeliruan dan kebohongan kerap sulit dibedakan. Krisis Ukraina sekarang adalah buah serangkaian kekeliruan dan kebohongan para pemimpin dunia. Indonesia harus bersikap strategis.

Kebohongan

Menurut John Mearsheimer, profesor ilmu politik Universitas Chicago pengarang buku Why Leaders Lie, the Truth about Lying in International Politics (2011), kebohongan adalah bagian dari politik antar-negara. Namanya kebohongan strategis, jenisnya beragam.

Yang pertama adalah kebohongan literal, pernyataan yang bertentangan dengan fakta. Contoh, pada 1990, ketika Perang Dingin nyaris berakhir, di bawah kendali AS, Barat berjanji kepada Mikhail Gorbachev, pemimpin Soviet keturunan Ukraina, bahwa NATO tak akan memperluas wilayah “satu inci pun” ke Eropa Timur. NATO memang didirikan untuk menghadapi Soviet.

Pada 1991 Soviet bubar. Boris Yeltsin, presiden Rusia usul agar negaranya masuk NATO, niat yang juga pernah disampaikan Gorbachev. Tapi Barat menolak. Lalu?

Pada 1999, NATO memasukkan Polandia, Republik Czech dan Hungaria sebagai anggota. Pada 2004 Romania dan negara-negara Baltik eks anggota Soviet juga ditarik masuk NATO. Di akhir KTT Bucharest 2008, NATO menjanjikan keanggotaan bagi Georgia dan Ukraina.

Rusia merasa dibohongi dan dihina. Putin bersumpah akan menggagalkan rencana NATO atas Ukraina. Ekspansi NATO ke timur hingga perbatasan langsung Rusia bagi Putin adalah ancaman eksistensial negaranya.

Usul Rusia untuk masuk NATO ditolak berkali-kali, tapi tetangga Rusia justru ditarik masuk NATO satu per satu, 13 negara sampai 2017. Apa artinya? Pada 2007 Putin menyatakan bahwa NATO sengaja melakukan provokasi keamanan. Jika pada 1999 NATO menyerang sepihak Yugoslavia dan Kosovo, Putin pun menyerang Georgia pada 2008.

Krisis, Concealment dan spinning

Krisis Ukraina sekarang punya akar panjang. Pada 2004 Revolusi Oranye meletus, dipicu oleh demonstrasi menentang kemenangan Yanukovych yang pro-Rusia dengan alasan kecurangan pemilu. Lalu Yushchenko dukungan AS diangkat menjadi presiden. Protes keras pun meledak dari etnis Rusia di wilayah timur.

Konflik ini tak pernah benar-benar reda dan kembali meletus pada 2014 ketika Yunukovych kembali naik dan digulingkan lagi. Rusia pun mengintervensi dengan mencaplok Krimea dengan dalih melindungi etnis Rusia yang hampir sepertiga populasi Ukraina. Dalih itu pula yang dipakai Putin sekarang.

Jelas, Putin itu otoriter, korup dan kerap mengabisi lawannya dengan segala cara. Rakyat Rusia pun makin banyak yang melawannya. Ia harus dikutuk dunia. Itulah yang terus diangkat Joe Biden dan para pemimpin serta media Barat. Seakan krisis Ukraina sepenuhnya adalah kesalahan Putin. Kebohongan dan kesalahan NATO ditutup rapat.

Halaman:

Editor: Admin

Tags

Terkini

Politik Dinasti, Racun Peradaban Politik Nasional

Senin, 11 September 2023 | 16:57 WIB

Politik Sirkus Para Pencuri Perhatian

Selasa, 5 September 2023 | 18:39 WIB

2024, NO Jokowi, NO Kemenangan?

Kamis, 31 Agustus 2023 | 07:54 WIB

Tantangan Indonesia Hadapi Era Industri 4.0

Rabu, 9 Agustus 2023 | 19:00 WIB

Idul Adha Melahirkan Manusia Terbaik

Jumat, 30 Juni 2023 | 20:14 WIB

Piagam Jakarta dan Kearifan Bangsa Indonesia

Kamis, 22 Juni 2023 | 16:00 WIB

Kemiskinan Tanpa "Pemiskinan"

Kamis, 22 Juni 2023 | 07:00 WIB

Satu Jam di Alam Terbuka

Selasa, 13 Juni 2023 | 16:30 WIB

Teladan Pendiri Bangsa, Standar Etika Politik

Jumat, 26 Mei 2023 | 11:15 WIB

Solusi Lintas Ilmu, Negara, dan Generasi

Minggu, 21 Mei 2023 | 13:00 WIB

Antara Inspeksi dan Introspeksi

Rabu, 10 Mei 2023 | 15:00 WIB

Mencegah Kepunahan Pilar Peradaban

Minggu, 7 Mei 2023 | 11:30 WIB

Buruh Dapat Apa di Hari Buruh?

Jumat, 5 Mei 2023 | 15:02 WIB

Menarilah untuk Bumi dan Manusia

Sabtu, 29 April 2023 | 10:00 WIB
X