Manusia dipertautkan oleh hubungan kasih sayang, sebuah hubungan yang saling mengasihi dan menyayangi secara timbal balik orang tua kepada anak, suami kepada istri, guru kepada murid, saudara kepada saudara, sesama teman atau rekan sejabat.
Namun tak jarang hubungan antarmereka terputus oleh jarak, waktu, dan tempat. Orang-orang yang berada dalam satu ikatan kekeluarga, persahabatan, maupun perkawinan memiliki tempat tinggal, aktivitas, dan jadwal kegiatan berbeda sehingga menjadikan mereka renggang.
Beberapa orang hijrah ke kota, sementara yang lain tetap berada di kampung, terpisah karena pekerjaan dan tempat tinggal. Melalui mudik, kegiatan halal bi halal dan lain-lain yang bermotifkan silaturahmi semua ini tersambung dan terhimpun kembali. Tak lagi terputus, terserak.
Inilah makna silaturahmi seperti sabda Nabi Muhammad SAW: “Tidak bersilaturahmi (namanya) orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi (yang dinamakan silaturahmi adalah) yang menyambung apa yang putus.” (Hadits riwayat Imam Bukhari).
Bertemu dengan sanak keluarga, teman, dan kerabat dalam ikatan kasih sayang dan karena Tuhan adalah puncak silaturahmi. Mereka yang mudik atau orang yang tinggal dalam satu kota lalu dia berusaha mencari orang yang telah mengasihinya atau pernah dizaliminya atau jarang dikunjunginya merupakan upaya merawat silaturahmi.
Semoga selepas Idulfitri tak ada lagi yang berserakan, terputus. Semuanya kembali terhubung dan terhimpun dalam bingkai persaudaraan dan kasih sayang yang bernama silaturahmi.