Pada Kongres di Seoul, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyelenggarakan talk show The Role of Social Forestry in Facing the Covid-19 Situation. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari, Dr. Agus Justianto, mengangkat peran perhutanan sosial, antara lain mengurangi laju deforestasi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan mata pencaharian ekonomi. Ini dapat membantu dalam menghadapi kesulitan di masa pandemi, seperti pemutusan hubungan kerja, karena perhutanan sosial adalah penggerak ekonomi pedesaan melalui ketahanan pangan dengan pola agroforestri.
Agus juga memaparkan Rencana Operasional FoLU Net Sink 2030, yaitu strategi agar pada tahun 2030, tingkat serapan emisi sektor FoLU (kehutanan dan penggunaan lahan lainnya) ditargetkan sudah berimbang atau lebih tinggi dari pada tingkat emisinya. Sektor FoLU ditargetkan dapat menurunkan hampir 60% dari total target penurunan emisi gas rumah kaca nasional.
Salah satu hasil utama Kongres Kehutanan Dunia XV adalah Seoul Forest Declaration. Para peserta menegaskan bahwa sektor kehutanan menawarkan solusi utama berbasis alam untuk perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi lahan, serta kelaparan dan kemiskinan. Namun berbagai solusi yang ada harus segera dilaksanakan tanpa membuang waktu. Kongres juga menyampaikan pesan-pesan penting untuk mendorong tindakan berbagai pihak bagi masa depan yang hijau, sehat, dan tangguh melalui hutan.