Somad dan Disonansi Kognisi

- Jumat, 27 Mei 2022 | 16:10 WIB
Ilustrasi watyutink (muid/watyutink.com)
Ilustrasi watyutink (muid/watyutink.com)

Oleh: Lukas Luwarso
Jurnalis Senior, Kolumnis

Watyutink.com - Agar bisa berfungsi baik dalam realitas hidup bermasyarakat, seseorang perlu selalu menyesuaikan  mentalitas dan perilakunya. Menyelaraskan antara kognisi dan aksi, pemikiran dan tindakan, ucapan dan perbuatan. Berupaya sedapat mungkin untuk konsisten, selaras dengan realitas.

Dalam kajian Psikologi dikenal istilah “disonansi kognisi” (cognitive dissonance), situasi yang terjadi ketika seseorang mengalami kontradiksi. Mengalami perbenturan psikologis antara keyakinan, pemikiran, dan nilai moral yang dianut. Respon sengit Ustadz Abdul Somad atas pelarangannya masuk Singapura adalah contoh situasi “disonansi kognisi” yang ia alami.

Somad mengalami “ketegangan psikologis” ketika niatnya untuk berwisata ke Singapura ditolak pemerintah negeri kecil ini. Kegagalan melawat ke Singapura, memunculkan kegetiran sikap, respon sengit, ketidaksukaan pada Singapura. Negeri yang, baginya, mendadak penuh najis, tema kotbah yang ia sukai: menajiskan atau mengharamkan segala sesuatu yang ia tidak sukai.

Sikap Somad inkonsisten sejak ia berniat untuk berlibur ke Singapura, negeri sekuler yang tidak menolerir ekspresi fanatisme beragama. Sebagai pengkhotbah yang dikenal gemar mengangkat tema “Islam paling benar”, mustinya ia paham, Singapura bukan negeri yang “halal” untuk dikunjungi.

Dibalik khotbahnya yang berapi-api, mengecam dan melabrak apapun yang tidak sesuai akidah Islam, Somad juga sangat menikmati kehidupan duniawi. Ia memilih berlibur ke Singapura, karena  kota ini indah, bersih, dan rapi secara visual, banyak kawasan wisata menarik untuk dikunjungi. Selaku dai yang gemar mengkampanyekan dan menjanjikan keindahan surga, Ia ingin menyaksikan “surga dunia”. Mendekatkan imajinasinya  tentang surga dalam realitas.

Jika Somad konsisten dengan tema-tema kotbah yang ia teriakkan mustinya ia tidak tertarik berlibur ke Singapura. Orang yang menajiskan dan mengharamkan makanan tertentu, seperti mengandung babi, mustinya tidak tertarik mengunjungi kota yang penuh dengan sajian babi. Ini jika “kognisinya konsonan”, selaras antara pikiran (keyakinan) dan tindakan.

Somad yang mengalami “disonansi kognisi” tidak merasa ada kejanggalan. Bahwa ada ketidakselarasan antara khotbah kesucian agama yang ia teriakkan dengan hasrat mengunjungi kota “maksiat” Singapura. Kalau saja ia bisa masuk, diijinkan, berlibur ke Singapura, apakah berbagai kecamannya pada Singapura akan ia suarakan? Akankah ia memuji Singapura?

Problem psikologis yang menimpa Somad mengingatkan kisah fabel karya Aesop, “The Fox and the Grapes”. Rubah, hewan penyuka anggur, suatu ketika melihat pohon anggur yang lebat berbuah, namun terlalu tinggi untuk dicapai. Si rubah terus meloncat berusaha menggapai anggur, namun selalu gagal. 

Pada akhirnya ia memutuskan berhenti mencoba, dan menganggap anggur yang ingin ia raih pasti asam dan busuk. Si Rubah perlu membuat dalih pembenaran atas kegagalannya mendapatkan anggur yang sangat ia dambakan. Dalih diperlukan untuk “menghibur diri” atas kegagalan mendapatkan. 

Dalih itulah yang dilakukan Somad dengan berbagai kecamannya pada Singapura, setelah ia gagal berwisata. Somad, sebagaimana rubah penyuka anggur, perlu menjustifikasi kegagalannya dengan membuat rasionalisasi. Upaya untuk mengurangi “kegalauan dan kekecewaan psikologisnya” pada hasrat yang tidak bisa ia wujudkan, menikmati kenyamanan dan keindahan Singapura.

Somad mengalami disonansi kognisi, gagal menyelaraskan sikap keyakinan dengan tindakannya. Terbelenggu dalam buaian keyakinan fanatisme agama yang ia khotbahkan, dan gagal memahami realitas hidup, juga ambivalensi moral, secara nalar. Ia nyaman dalam ketidakselarasan, ketidakkonsistenan antara ucapan dan perbuatan. 

Dan yang dialami Somad adalah gejala umum yang diderita banyak pengkhotbah agama. Mereka yang gemar menyuarakan ajaran kedamaian dengan teriakan verbal bernuansa kekerasan.

Editor: Admin

Tags

Terkini

Melawan Hantu Mafia Tanah

Jumat, 17 Februari 2023 | 16:43 WIB

Cak Markenun dan Firaun

Rabu, 18 Januari 2023 | 13:00 WIB

PR Besar Jokowi di Tahun 2023

Selasa, 3 Januari 2023 | 22:01 WIB

Terra Madre Day

Sabtu, 10 Desember 2022 | 10:00 WIB

COP27 dalam Pusaran Polikrisis

Sabtu, 19 November 2022 | 16:30 WIB

Debat di Konferensi Iklim Mesir

Sabtu, 12 November 2022 | 18:00 WIB

Menjalin Ikhtiar Merawat Bumi

Sabtu, 5 November 2022 | 09:00 WIB

Jelang COP27 – KTT Iklim Mesir

Sabtu, 29 Oktober 2022 | 10:00 WIB
X