Terra Madre Day

- Sabtu, 10 Desember 2022 | 10:00 WIB
Ilustrasi: Watyutink.com (Muid)
Ilustrasi: Watyutink.com (Muid)

Oleh: Amanda Katili Niode, Ph.D.
Direktur, Climate Reality Indonesia

Watyutink.com - Hari ini adalah Terra Madre Day, atau Hari Ibu Bumi, perayaan tahunan dari Gerakan Slow Food untuk mempromosikan keragaman tradisi dan produksi makanan, dan menunjukkan bagaimana jaringan Slow Food menggunakan kreativitas dan pengetahuan dalam mengungkapkan kecintaan pada planet Bumi dan mempertahankan masa depan untuk generasi berikutnya.
 
Pendekatan Slow Food berdasarkan tiga prinsip yang saling berhubungan yaitu baik, bersih, dan adil (good, clean, and fair). Baik berarti makanan yang berkualitas, enak dan sehat. Bersih mencerminkan produksi yang tidak merusak lingkungan. Sedangkan adil menggambarkan harga terjangkau bagi konsumen dan kondisi serta pembayaran yang adil bagi produsen
 
Setiap tahun, Terra Madre Day dirayakan dengan berbagai acara kecil maupun besar, seperti piknik atau makan malam, pemutaran film atau konser, tamasya untuk mengunjungi produsen, kegiatan pendidikan tentang makanan dan rasa, dan juga pertemuan bersama produsen lokal, chef dan pemuda.
 
Beberapa tahun yang lalu, misalnya, ada perayaan Terra Madre Day di Gorontalo dengan tema “Apresiasi Jagung Lokal Gorontalo.” Komunitas pencinta kuliner memanen jagung lokal, dan menyelenggarakan diskusi tentang berbagai aspek jagung lokal dengan petani, peneliti, budayawan, pelaku usaha kuliner, dan media. Juga ada demo memasak binthe biluhuta (sup jagung tradisional) dan makan siang "serba jagung."

Slow Food sendiri merupakan organisasi akar rumput, yang didirikan pada tahun 1989 . Carlo Petrini, seorang aktivis dan penulis, menginisiasi Gerakan Slow Food sebagai protes atas pembukaan sebuah gerai makanan cepat saji di Piazza di Spagna, sebuah tempat bersejarah di Kota Roma. Petrini dan rekan-rekannya membagikan semangkuk pasta yang mengepul sebagai simbol protes, menyatakan, “Kami tidak ingin fast food. Kami mau slow food!”
 
Kini Slow Food telah berkembang menjadi gerakan global yang melibatkan jutaan orang di lebih dari 160 negara melalui 1600 cabang dan komunitas. Mereka bergiat untuk memastikan setiap orang memiliki akses ke makanan yang baik, bersih, dan adil. Juga mencegah hilangnya budaya dan tradisi makanan lokal serta menangkal kebangkitan gaya hidup serba cepat. Selain itu gerakan ini juga mencoba membangkitkan perhatian masyarakat terhadap makanan yang dinikmati, dari mana asalnya, dan bagaimana pilihan makanan dapat memengaruhi dunia sekitar.

Tema Terra Madre Day tahun ini adalah Regeneraction yang mencakup bagaimana kita Makan (Eat), Memahami (Learn) serta bertindak nyata (Act) dalam menyebarkan informasi bahwa setiap orang berhak mendapatkan pangan yang baik, bersih, dan adil.
 
Untuk Terra Madre Day 2022, Bibong Widyarti praktisi organik dan Ketua Slow Food Jakarta Urban menyelenggarakan acara hibrid melalui sesi sharing, demo masak, serta barter benih lokal untuk pelaku urban farming.
 
Benih Bali, komunitas slow food petani wanita untuk budidaya dan penyimpanan benih lokal asli, akan bergabung di Wariga Festival – Jembrana dengan berbagi pengetahuan tentang bagaimana menumbuhkan tanaman pangan di kebun rumah dan menyimpan benih.
 
Amaliah, seorang peneliti di Universitas Gadjah Mada yang sudah lebih dari 20 tahun aktif menggerakkan program pangan lokal,  menjelaskan Slow Food Yogyakarta bersama dengan Slow Food Community Banana di Samiran memperingati Terra Madre Day dengan acara daring Terra Madre Talk. Amaliah yang juga Ketua Slow Food Yogyakarta menjadi moderator pada bincang ringan  tentang Regeneraction dengan tiga anak muda yang aktif  dalam berbagai organisasi berbasis pangan.
 
Sedangkan Slow Food Youth Network, jaringan internasional pemuda, mengadakan Terra Madre Day Hang Out agar peserta dapat berkisah tentang program dan kemajuan masing-masing komunitas, mengadakan kuis, dan berbincang-bincang.
 
Gerakan Slow Food percaya bahwa makanan terkait dengan banyak aspek kehidupan lainnya, termasuk budaya, politik, pertanian, dan lingkungan. Melalui pilihan makanan, masyarakat dapat secara kolektif memengaruhi bagaimana makanan dibudidayakan, diproduksi dan didistribusikan, sehingga hasilnya diharapkan mengubah dunia ke arah yang lebih baik.

Editor: Ahmad Kanedi

Tags

Terkini

Teladan Pendiri Bangsa, Standar Etika Politik

Jumat, 26 Mei 2023 | 11:15 WIB

Solusi Lintas Ilmu, Negara, dan Generasi

Minggu, 21 Mei 2023 | 13:00 WIB

Antara Inspeksi dan Introspeksi

Rabu, 10 Mei 2023 | 15:00 WIB

Mencegah Kepunahan Pilar Peradaban

Minggu, 7 Mei 2023 | 11:30 WIB

Buruh Dapat Apa di Hari Buruh?

Jumat, 5 Mei 2023 | 15:02 WIB

Menarilah untuk Bumi dan Manusia

Sabtu, 29 April 2023 | 10:00 WIB

Melawan Hantu Mafia Tanah

Jumat, 17 Februari 2023 | 16:43 WIB

Cak Markenun dan Firaun

Rabu, 18 Januari 2023 | 13:00 WIB

PR Besar Jokowi di Tahun 2023

Selasa, 3 Januari 2023 | 22:01 WIB

Terpopuler

X