Watyutink.com - Pengamat ekonomi, Faisal Basri, menjelaskan tidak banyak negara yang bisa lolos dari resource curse. Satu dari sedikit negara tersebut adalah Norwegia.
Norwegia berhasil memanfaatkan deposit minyak yang mereka miliki untuk kebutuhan fundamental masyarakat, seperti pendidikan. Sehingga, di tengah fluktuasi harga energi, kebutuhan masyarakat lainnya tidak terganggu karena dibiayai oleh surplus penjualan minyak.
"Norwegia walau kaya minyak, tidak dihambur-hamburkan minyaknya, harga minyak tinggi dia jual tinggi, sebagian besar penjualan minyaknya dia tabung, sudah 1,3 triliun dolar. tabungan ini dipakai kalau sedang susah, membiayai beasiswa gitu-gitu," jelas Faisal dalam diskusi dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Rabu (31/8), dengan tema: "HARUSKAH PEMERINTAH MENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI? SEBUAH TELAAH KRITIS"
"Norwegia walau kaya minyak, tidak dihambur-hamburkan minyaknya, harga minyak tinggi dia jual tinggi, sebagian besar penjualan minyaknya dia tabung, sudah 1,3 triliun dolar. tabungan ini dipakai kalau sedang susah, membiayai beasiswa gitu-gitu," jelas Faisal dalam diskusi dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Rabu (31/8), dengan tema: "HARUSKAH PEMERINTAH MENAIKAN HARGA BBM BERSUBSIDI? SEBUAH TELAAH KRITIS"

Sumber: PBHMI
Baca Juga: Pengamat Menuntut Transparansi Pemerintah Terkait Subsidi BBM dan APBN, Sebelum Menaikkan Harga BBM
Sementara itu, kebijakan energi Indonesia berfokus pada penggunaan kendaraan bermotor secara domestik, sedangkan deposit minyak yang dimiliki terus menyusut.
Sementara itu, kebijakan energi Indonesia berfokus pada penggunaan kendaraan bermotor secara domestik, sedangkan deposit minyak yang dimiliki terus menyusut.
Hal ini bisa mengancam ketahanan energi dan ketahanan ekonomi masyarakat pada umumnya, karena bisa membuat masyarakat harus patuh pada harga internasional sepenuhnya dan dengan fluktuasi yang tidak dapat dikendalikan.
"Indonesia lebih banyak membeli daripada menjual energi, kalau gada penemuan minyak baru, maka 2029 minyak kita habis, kalau minyak habis, harus beli harga penuh minyak internasional yang kita ga tahu naik turunnya. Defisit minyak pada 2040, bisa mencapai 80 miliar US Dolar," tegas Faisal.
"Indonesia lebih banyak membeli daripada menjual energi, kalau gada penemuan minyak baru, maka 2029 minyak kita habis, kalau minyak habis, harus beli harga penuh minyak internasional yang kita ga tahu naik turunnya. Defisit minyak pada 2040, bisa mencapai 80 miliar US Dolar," tegas Faisal.
Baca Juga: Bansos Pengalihan Subsidi BBM Akhirnya Turun, Tiga Pengamat Ini Kritik Kebijakan Tersebut!
"Konsumsi mobil naik terus, dibikin murah oleh pemerintah. bebas PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah), bebas uang muka, tahun ini ada pertumbuhan 22 persen. Tambah banyak menyedot minyak kan, mobil. sedangkan kenaikan motor 38,2 persen dua tahun ini.," sebutnya.
Faisal menambahkan, situasi ini bisa membuat pemerintah bergantung pada hutang luar negeri untuk mengimpor minyak, yang juga diikuti dengan kewajiban untuk membayar bunga yang semakin meningkat.
"untuk bayar bunga, naik 230,8 persen selama 2014-2013. Pemerintah tidak punya ruang untuk membiayai subsidi nantinya, karena banyak sekali untuk bayar bunga," jelasnya.
"Konsumsi mobil naik terus, dibikin murah oleh pemerintah. bebas PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah), bebas uang muka, tahun ini ada pertumbuhan 22 persen. Tambah banyak menyedot minyak kan, mobil. sedangkan kenaikan motor 38,2 persen dua tahun ini.," sebutnya.
Faisal menambahkan, situasi ini bisa membuat pemerintah bergantung pada hutang luar negeri untuk mengimpor minyak, yang juga diikuti dengan kewajiban untuk membayar bunga yang semakin meningkat.
"untuk bayar bunga, naik 230,8 persen selama 2014-2013. Pemerintah tidak punya ruang untuk membiayai subsidi nantinya, karena banyak sekali untuk bayar bunga," jelasnya.