Watyutink.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kondisi ekonomi di tahun depan akan menjadi semakin sulit. kondisi tersebut bahkan menurut Jokowi tidak seperti prediksi berbagai pihak yang hanya berdasarkan perhitungan dan terori standar belaka.
Saat membuka Outlook ekonomi Indonesia 2023 di Hotel Ritz Carlton, Rabu 21 Desember 2022, Jokowi menekankan situasi yang bakal dihadapi Indonesia bukan sesuatu yang gampang. Sebaliknya situasinya sangat sulit melebihi kondisi saat ini.
"situasi yang kita hadapi sekarang ini bukan situasi yang gampang, situasinya sangat sulit diprediksi, sulit dihitung dan teori-teori standar ," ujar Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan kondisi sulit saat ini dan yang akan datang sudah keluar dari pakem yang ada. Jokowi juga menyinggung soal perekonomian Indonesia yang masih belum baik sejak tahun 2014. Hal itu mengakibatkan Indonesia masuk dalam kategori negara yang rentan terpuruk.
"Kita masih dimasukkan dalam negara yang rentan untuk terpuruk, bersama lima negara yang lain. Kalau kita ingat saat itu ada taper tantrum," katanya.
Jokowi menjelaskan defisit transaksi berjalan pada 2014 mencapai 27,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Setahun kemudian atau 2015 posisinya berada di angka 17,5 miliar dolar AS. Itulah sebabnya Jokowi meminta para menteri berani melakukan reformasi struktural.
Mantan Wali Kota Surakarta, Jawa Tengah ini juga meminta hal-hal yang membahayakan ekonomi makro segera diantisipasi. Salah satu yang ditekankan Jokowi adalah agar surat berharga negara (SBN) tidak terlalu banyak dimiliki oleh investor asing. Sebaliknya SBN porisnya harus lebih banyak di dalam negeri.
Jokowi menambahkan, jika lebih banyak dikuasai asing, SBN akan rentan goyah. Akibatnya juga akan mempengaruhi nilai kurs mata uang dalam negeri atau rupiah.
"SBN saat itu 38,5 persen itu dikuasai asing. Sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing, karena kalau masih dikuasai asing begitu goyah sedikit makro kita keluar berbondong-bondong goyah pasti kurs kita," tutur Jokowi.
Jokowi menyebut berbagai perbaikan yang dilakukan sudah mulai terlihat hasilnya. Neraca transaksi berjalan pada kuartal III 2022 sudah surplus 8,9 miliar dolar AS atau 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.