Sebagai sebuah ide untuk memperlancar suplai logistik agar tersedia di berbagai daerah serta pertukaran antar daerah, gagasan tol laut itu baik. Namun, fakta juga menunjukkan khususnya pertukaran antar daerah itu tak serta-merta terjadi sesuai asumsi.
Sebagai contoh kapal dari Surabaya mengangkut sembilan bahan pokok termasuk air mineral dari Surabaya ke Nunukan/ Pulau Sebatik di Kaltara. Harapannya, setelah sembako turun di Nunukan/ Pulau Sebatik, maka kapal akan diisi oleh pisang.
Pisang adalah komoditas penting dan diproduksi sangat banyak dari P. Sebatik di Kab. Nunukan. Tetapi, bisa jadi, kapal tak terisi pisang sepenuhnya, karena produk pisang dari P. Sebatik diekspor ke Tawau Malaysia untuk menghasilkan devisa.
Dalam kondisi seperti itu, maka kapal berpotensi dalam kondisi kosong kembali ke Surabaya. Hal seperti ini, risiko yang harus diperhitungkan. Karena bila tak diperhitungkan maka tol laut berpotensi rugi secara operasional. (pso)

TOPIK TERPOPULER
Pancasila dan Bahasa Indonesia Hilang dari Kurikulum Perguruan Tinggi
0 OPINI | 17 April 2021
Hasil Survei LPMM, Iriana Jokowi Kandidat Kuat Calon Presiden 2024
0 OPINI | 16 April 2021
PILIHAN REDAKSI
Habis Tekad, Terbitlah Nekat, Sebuah Renungan!
14 April 2021
Pendekatan Kebudayaan dalam Menangani Terorisme
07 April 2021
Planet Digital bagi Solusi Lingkungan
03 April 2021
PENALAR TERPRODUKTIF
Abdillah Ahsan, Dr., S.E, M.S.E.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas indonesia, Peneliti Lembaga Demografi FEB UI