Menulis Makalah Ilmiah Al-Quran: Etika Komunikasi di Media Sosial (Bag 2)

- Selasa, 30 November 2021 | 14:00 WIB
Wakil Wali Kota Sukabumi, H. Andri Setiawan Hamami menutup MTQ Ke-41 Kota Sukabumi
Wakil Wali Kota Sukabumi, H. Andri Setiawan Hamami menutup MTQ Ke-41 Kota Sukabumi

Jauh sebelum manusia mengenal dan memperkenalkan media sosial, peradaban-peradaban kuno telah memiliki cara dalam mempresentasikan karya, pandangan, dan pikiran mereka melalui media-media konvensional. Kehidupan manusia Nusantara di Jawa dapat kita ketahui dengan mengamati relief-relief pada candi.

Dapat dikatakan, relief candi merupakan status masa lalu berisi pesan dari leluhur kepada generasi-generasi setelahnya. Dengan mengamati relief pada bagian Kamadhatu (ranah nafsu) Borobudur tersurat pesan heterogenitas kehidupan kelompok akar rumput yang kerap dihiasi oleh tindak-tanduk pelampiasan birahi. Konon, relief Kamadhatu ini disembunyikan di bagian bawah Candi Borobudur.

Menggambar, lebih tepatnya memahat pada batu, situasi kehidupan yang dipenuhi oleh pelampiasan nafsu, untuk masyarakat kita, sekarang ini dapat dipandang hal tabu. Dapat juga dikategorikan sebagai perbuatan tidak baik karena mengandung unsur pornografi. Harus diakui, saat ini kita memang telah banyak membuat batasan-batasan, pada akhirnya pikiran kita sebagai manusia modern terjebak pada generalisasi waktu.

Kita tentu saja tidak dibenarkan menarik kesimpulan bahwa apa yang dipraktikkan oleh manusia Nusantara pada abad 8 sampai 14 masehi memiliki nilai dan etika kehidupan yang sama dengan sekarang. Kemahiran pembuat relief Kamadhatu menampilkan adegan vulgar pada dinding terbawah Candi Borobudur merupakan refleksi kejujuran dalam menampilkan beberapa cuplikan kehidupan saat itu.

Kemungkinan lain yang dapat kita tafsirkan terhadap relief Kamadhatu pada Candi Borobudur yaitu relief pada candi bukan merupakan refleksi kehidupan realitas saat itu. Tiga tahap pada Candi Borobudur dengan ornamen-ornamennya merupakan triloka yang diserap dari Budhisme. Gambar pada Candi Borobudur merupakan pars prototo yang mewakili kondisi kehidupan pada setiap tingkatan. Kamadhatu ditempatkan pada bagian paling bawah candi adalah tampilan kehidupan manusia yang masih diselubungi oleh ahamkara, seni-seni yang ditampilkan kerap dipenuhi oleh taburan birani.

Tetapi kehidupan manusia tidak pernah menempati satu kondisi absolut. Pada perkembangan spiritual berikutnya, manusia dapat berpindah ke tempat yang lebih tinggi, menempati Rupadhatu, tempat perwujudan bahwa manusia adalah benar-benar manusia, mahluk berbudaya, berkesenian, dan berperadaban. Pada bagian Rupadhatu ini, sang arsitek Borobudur menampilkan relief sosial kultural yang lebih manusiawi.

Manusia Rupadhatu telah keluar dari lorong penguk birahi, mereka telah tampil dalam pentas-pentas seni, meramaikan pasar, dan membangun koordinasi dalam kehidupan. Pencapaian tertinggi spiritualitas tercipta ketika manusia telah menanggalkan dua kehidupan sebelumnya menuju alam Arupadhatu, alam nir-rupa, terbebas dari presentasi diri, buana yang telah lepas dari kebutuhan pemujaan dan pemujian.

Etika Komunikasi di Media Sosial Generasi Z

Era kejayaan kerajaan Nusantara telah menjadi salah satu babak sejarah kehidupan manusia. Generasi terus berganti, entah itu hanya dengan rupa yang berbeda atau sama sekali muncul dalam bentuk baru. Cara manusia melakukan komunikasi terus berkembang seiring penemuan ilmu komunikasi dan alat-alat komunikasi. Abad ke-8, komunikasi visual, misalnya penyampaian ajaran kebaikan, hanya mampu ditampilkan pada relief candi dan dilakukan oleh orang-orang tertentu.

Para pemahat relief candi harus menjalani ritual tertentu terlebih dahulu, tidak langsung asal memahat bebatuan. Selain pada relief candi, komunikasi visual juga  telah ditulis pada buku dari daun lontar, tentu saja dengan cetakan terbatas, dikerjakan oleh para mahakawi, dan dikonsumsi oleh kalangan terbatas juga. Di Amerika dan Eropa saja, sampai abad ke-17, hanya golongan bangsawan yang dapat membaca karya-karya besar para penulis saat itu.

Makalah ilmiah karya Dini Nuraeni dari Kecamatan Citamiang telah mampu mendeskripsikan perkembangan komunikasi manusia secara runut mulai dari generasi baby boomers hingga generasi Z. Ada semacam kekhawatiran, proses komunikasi yang semestinya berjalan sesuai dengan ethos justru telah banyak keluar dari kaidah-kaidah kemanusiaan. Bagi Dini, kenyataan ini merupakan dampak negatif dari perkembangan teknologi dan informasi yang tidak diimbangi oleh seperangkat aturan yang jelas.

Lebih dari itu, disebabkan oleh tercerabutnya etika ketimuran dari diri bangsa ini. Berbeda dengan status pada prasasti dan relief candi, pada dinding-dinding media sosial, siapa saja dapat menulis kata-kata, mengunggah gambar, dan memberikan komentar dengan ungkapan paling brutal sekalipun tanpa dibatasi oleh status sosial mereka. Media sosial tanpa etika tidak jauh berbeda dengan vandalisme pada dinding-dinding di sepanjang jalan. Selain kumuh, juga kerap tumpang-tindih hingga sulit dibaca apalagi dicerna secara benar. Dini mengharapkan etika dalam bermedia sosial harus ditanamkan di dalam diri generasi Z sebagai anak-anak yang kerap bercengkerama dengan dunia digital.

Etika Komunikasi di Media Sosial Menurut Al-Qur’an dan Sunnah

Seminggu lalu, warga diresahkan oleh penyebaran informasi bohong tentang aksi berandal motor di sejumlah tempat di Sukabumi. Meskipun keberadaan berandal motor ini memang telah menjadi momok, namun penyebaran informasi bohong begitu masif tentang aksi kekerasan dan kebrutalan berandal motor melalui media obrolan daring kemudian disebarluaskan secara berantai merupakan sebuah kejahatan informasi yang telah mengintimidasi warga. Aparat kepolisian telah mengamankan pembuat informasi bohong tersebut.

Halaman:

Editor: Admin

Terkini

Dukung Prabowo, Jokowi Pressure Megawati?

Minggu, 21 Mei 2023 | 13:15 WIB

7 Mei, Lahir Seorang Calon Presiden RI Ke-8

Minggu, 7 Mei 2023 | 19:10 WIB

Presiden Seharusnya Tidak Menjadi King Maker

Sabtu, 6 Mei 2023 | 08:00 WIB

Jokowi Tidak Akan Dukung Prabowo

Senin, 1 Mei 2023 | 13:30 WIB

Puan Makin Terancam?

Minggu, 30 April 2023 | 19:00 WIB

Takbiran

Kamis, 20 April 2023 | 21:15 WIB

Silaturahmi Ketum Partai Bersama Jokowi

Senin, 3 April 2023 | 14:45 WIB

Prabowo, Capres atau King Maker?

Kamis, 9 Maret 2023 | 08:30 WIB

Ekonomi Global Membaik, PERPPU Cipta Kerja Wajib Batal

Selasa, 31 Januari 2023 | 13:30 WIB

Setelah Koalisi Perubahan Terbentuk, What Next?

Selasa, 31 Januari 2023 | 12:30 WIB

Koalisi Perubahan, Koalisi Tak Tergoyahkan

Senin, 30 Januari 2023 | 12:00 WIB

Gelembung Utang dan Retorika Mampu Bayar: Menyesatkan?

Minggu, 29 Januari 2023 | 13:00 WIB

Koalisi Istana Pasti Akan Pecah

Sabtu, 21 Januari 2023 | 16:30 WIB

Erros Djarot: Lawan Mafia Tanah.!

Sabtu, 21 Januari 2023 | 15:00 WIB

Prihatin, Kompetensi BI Seperti Amatir

Sabtu, 21 Januari 2023 | 12:00 WIB

Pesta di Atas Adu Domba

Sabtu, 21 Januari 2023 | 10:15 WIB

Terpopuler

X