Munculnya K.H.Ma'ruf Amin yang menggeser Mahfud MD di detik-detik akhir dalam bursa cawapres Jokowi menegaskan betapa sulitnya memprediksi cawapres.
Gak menutup kemungkinan cawapres Anies adalah Erick Thohir. Luar Jawa, punya elektabilitas, ada duit, gesit dan aktif melakukan konsolidasi massa, dan kabarnya dekat dengan warga Nahdhiyin.
Taj Yasin, Wagub Jawa Tengah juga potensial untuk menjadi Cawapresnya Anies. Dalam konteks vote gater, Taj Yasin, putra K.H Maemoen Zubair ini memiliki kantong suara cukup besar di Jateng dan Jatim. "Santri Gayeng", yang selama ini dibina Gus Yasin, panggilan akrab Taj Yasin, merupakan relawan yang terkonsolidasi dengan baik dan memiliki militansi yang gak kalah dengan kader PKS maupun PDIP. Mereka adalah para Santri alumni pesantren Sarang. Pesantren yang diasuh salah satunya oleh Kiai kharismatik Mbah Maemoen Zubair.
Anies punya tantangan di Jateng dan Jatim. Keberadaan Gus Yasin bisa menjadi solusi menghadapi lawan di Jateng dan Jatim.
Selain Gus Yasin, Mahfud MD juga punya kans untuk mendampingi Anies jika PBNU merekomendasikan. Boleh jadi Ganjar Pranowo atau Puan Maharani yang ditawarkan untuk menjadi cawapres Anies dengan tiket PDIP. Semua serba mungkin. Ini misteri yang paling sulit diprediksi.
Karena ramainya orang bicara bakal cawapres Anies, Mardani Ali Sera bilang: Anies dipasangkan dengan siapa saja akan menang. Diksi yang "sedap-sedap ngeri". Teringat fenomena Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pilpres 2009 dan Jokowi di Pilpres 2014. Dicalonkan dengan siapa saja, pasti menang.
Karena sulitnya memprediksi bakal cawapres, sejumlah pihak mendorong agar para relawan Anies fokus untuk memperbesar elektabilitas Anies, dan tak perlu habiskan energi untuk membahas siapa yang cocok untuk menjadi cawapres Anies. Karena itu merupakan otoritas elit dan tidak ditentukan oleh relawan.