Watyutink.com - Pengamat kebijakan publik, Gigin Praginanto, menjelaskan kenaikan harga BBM menunjukkan kerentanan Indonesia yang bergantung pada impor minyak dan fluktuasi harga minyak internasional.
Menurut Gigin, sumur-sumur yang dimiliki Pertamina tidak mampu menutupi permintaan dalam negeri.
"Lesunya investasi dan ketidakmampuan Pertamina mengelola sumur minyak asing membuat Indonesia harus mengimpor 300.000 barel minyak perhari," jelas Gigin dalam channel Youtubenya.
Sementara itu inflasi pangan yang mencapai 10 persen saat ini, dan menyaingi pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5 persen, didorong oleh macetnya keran impor pupuk akibat Perang Rusia Ukraina.
"Kenaikan harga pakan ternak dan dicabutnya subsidi 4 dari 6 jenis pupuk sudah disuarakan oleh petani, namun saat ini belum diselesaikan," tambahnya.
80 persen pakan ternak Indonesia dikuasai importir, terutama 4 perusahaan besar yang terdiri dari CB Pokphand, Malindo, dan dua perusahaan lain yang berasal dari Amerika Serikat dan Indonesia.
Ketergantungan terhadap importir bisa memperburuk ketahanan pangan, terlebih di saat kenaikan BBM.
Hal ini bisa terlihat dalam rendahnya konsumsi pangan per kapita, karena fluktuasi harga pangan yang dipegaruhi naiknya harga pakan ternak karena impor.
"Secara umum, tingkat konsumsi pangan orang Indonesia ketinggalan dari Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam," ujar Gigin.
"konsumsi daging Indonesia berada di bawah rata-rata dunia. Konsumsi daging ayam rata-rata sebesar 8,1 kg per kapita di Indonesia, sedangkan dunia 14,9 kg per kapita. Konsumsi daging sapi Indonesia 2,2 kg per kapita, sedangkan dunia 6,4 kg per kapita," pungkasnya.