Believe or not, Kabinet Indonesia Maju Sebisanya?

- Rabu, 23 Oktober 2019 | 15:30 WIB
Ilustrasi watyutink  (gie/watyutink.com)
Ilustrasi watyutink (gie/watyutink.com)

Watyutink.com - Susunan Kebinet Indonesia Maju sudah diumumkan dan dilantik Presiden Jokowi pada hari ini (23/10/2019). Tampak barisan muka-muka baru yang sebelumnya tidak pernah muncul dalam orbit pembicaraan para calon menteri.

Paling mengejutkan, adalah munculnya nama Nadiem Makariem, sang penggagas “Unicorn” Gojek, menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Dengan latar belakang teknologi industri digital sebagai pintu masuk ke industri 4.0, Nadiem ditugaskan oleh Jokowi  untuk membuat terobosan-terobosan signifikan dalam pengembangan SDM siap kerja, siap berusaha. Juga me-link and match kan antara pendidikan dan industri. Akan semudah itukah Menteri Nadiem menjawab tantangan-tantangan Jokowi, di tengah kerumitan sistem pendidikan nasional dan tantangan bonus demografi ke depan?

Untuk menteri-menteri yang mengurusi bidang Perekonomian, telah dipercayakan kepada Airlangga Hartarto mantan Menteri Perindustrian, sebagai Menko Bidang Perekonomian, dan Sri Mulyadi Indarwati,  yang dipercaya kembali sebagai Menteri Keuangan.

Kursi Menteri Perindustrian dipercayakan kepada Agus Gumiwang Kartasasmita, mantan Menteri Sosial, untuk mengurusi bidang yang paling banyak diributkan dengan terjadinya deindustrialisasi di Indonesia. Serta Menteri BUMN dipercayakan pada taipan Erick Tohir, pebisnis besar yang diamanahkan mengurusi bidang yang  menjadi tumpuan hidup dan hajat ekonomi rakyat banyak, dalam membawa biduk kementerian BUMN sebagaimana amanat UUD 45 Pasal 33.

Apa yang harus diberikan komentar atas komposisi kabinet Indonesia Maju sekarang? Apakah dapat dipercaya untuk bisa menembus kebuntuan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang telah stuck di lima persen saja?

Bagaimana idealnya figur-figur yang semestinya dipilih dalam menghadapi tatangan besar ancaman resesi ekonomi dunia yang berpengaruh pada ekonomi domestik, di tengah perlambatan industri dalam negeri dan ekspor yang slowdown, utang luar negeri, sementara ekonomi domestik kekurangan produk-produk ekspor yang hanya itu saja-saja sejak lama.

Yang paling penting adalah bagaimana reaksi pasar atas susunan kabinet Indonesia maju saat ini. Sekilas terbaca reaksi pasar kecewa atas susunan kabinet baru. IHSG diketahui melemah 1,08 poin atau 0,02 persen ke posisi 6.224,42 pada awal perdagangan hari ini. Nilai tukar rupiah terdepresiasi 12 poin atau 0,9 persen ke level Rp14.052 per Dolar AS dibandingkan sesi penutupan kemarin. Dana asing pun “outflow” sebesar Rp121 miliar pasca pengumuman karena kecewa terhadap pos strategis di bidang ekonomi yang diduduki oleh sosok yang kurang pas

Figur Menko Perekomian Airlangga Hartarto disebutkan menjadi sebab dari pasar keuangan yang kecewa. Pasar keuangan yang telah lama berharap akan kestabilan moneter dan ekonomi domestik, bisa jadi mengalami penuruan kepercayaan terhadap rasa aman dari investasi yang ditanam di Indonesia.

Bagi investasi portolio yang easy come easy go menjadi tantangan besar apabila susunan kabinet tidak memenuhi ekspektasi pasar keuangan. Padahal, portofolio saat ini telah menjadi andalan dalam menggerakkan basis penguatan moneter dan investasi dalam negeri.

Apa pendapat Anda? Watyutink?  

OPINI PENALAR
-
Ekonom Konstitusi
 
 

Susunan kabinet Indonesia Maju yang sudah diumumkan dan dilantik oleh Presiden Jokowi untuk masa jabatan 2019-2024 saya nyatakan pada tim ekonomi kabinet sekarang, cukup kompatibel, tidak cukup capable.

Karena, walapun secara politik pos perindustrian diisi oleh kader Golkar, tetapi tentu saja visi atau persepsi Airlangga Hartaro dan Agus Gumiwang Kartasasmita dalam menggarap bidang Perindustrian akan berbeda. Latar belakang keduanya juga berbeda. Apalagi Agus Gumiwang sebelumnya juga sebagai Menteri Sosial.

Tentu saja butuh waktu bagi keduanya untuk meramu kembali apa yang sudah diamanahkan dalam mandat visi presiden yang sudah diberikan. Terlebih, Persoalan manufaktur kita adalah bukti dari kegagalan Airlangga Hartarto  ketika menjabat pada Kabinet Kerja jilid 1.

Sementara Agus Gumiwang tidak paham industri hulu dan hilir serta apa yang harus dilakukan. Hal ini adalah persoalan konsolidasi awal yang menurut saya lemah.

Halaman:

Editor: Oggy

Terkini

Siapkan Doping Ekonomi Hadapi Covid-19

Kamis, 26 Maret 2020 | 19:00 WIB

Ekonomi Tolak Merana Akibat Corona

Senin, 16 Maret 2020 | 19:00 WIB

Korupsi, Kesenjangan, Kemiskinan di Periode II Jokowi

Senin, 17 Februari 2020 | 14:30 WIB

Omnibus Law Dobrak Slow Investasi Migas?

Sabtu, 1 Februari 2020 | 17:30 WIB

Omnibus Law dan Nasib Pekerja

Rabu, 29 Januari 2020 | 19:45 WIB

Pengentasan Kemiskinan Loyo

Jumat, 17 Januari 2020 | 16:00 WIB

Omnibus Law Datang, UMKM Meradang?

Kamis, 16 Januari 2020 | 10:00 WIB

Kedaulatan Energi di Ujung Tanduk?

Jumat, 20 Desember 2019 | 19:00 WIB

Aturan E-Commerce Datang, UMKM Siap Meradang

Senin, 9 Desember 2019 | 15:45 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Yes, Ketimpangan No

Senin, 2 Desember 2019 | 16:00 WIB

Upaya Berkelit dari Ketidakpastian Ekonomi Dunia, 2020

Kamis, 21 November 2019 | 18:15 WIB

Menunggu Hasil Jurus Baru ala Menteri Baru KKP

Rabu, 20 November 2019 | 10:00 WIB

Terpopuler

X