Apakah kondisi bank bank di Indonesia akan mengalami nasib yang sama dengan separuh bank bank di dunia seperti hasil survey Mc Kinsey? Masihkah perbankan nasional akan eksis ke depan di tengah gencarnya pertumbuhan teknologi digital ekonomi dengan perusahaan-perusahaan fintech yang mulai menjamur? Bener gak sih? Rakyat Indonesia masih banyak yang belum punya rekening bank konvensional? Lalu, pengaruh perlambatan ekonomi hingga keringnya likuiditas perbankan saat ini, bagaimana jalan terbaik mengatasinya oleh perbankan domestik?
Apa pendapat Anda? Watyutink?
Sebenarnya untuk potensi perbankan nasional masih cukup besar. Harus diketahui, bahwa jumlah warga negara Indonesia yang mempunyai rekening bank masih kecil.Ttidak semua orang punya rekening bank. Mungkin hanya 30 an persen orang Indonesia yang mempunyai rekening di bank.
Jadi hal itu sebenarnya adalah potensi yang besar buat perbankan domestik untuk merekrut customer. Lagipula, mereka yang tidak membuka rekening bank itu kebanyakan adalah warga yang income nya rendah. Mereka enggan dengan hal hal administratif bank seperti biaya administrasi, biaya bulanan bank dan lain-lain yang menyebabkan orang menjadi malas membuka rekening bank.
Sebetulnya kebutuhan untuk menggunakan jasa perbankan di kalangan masyarakat ekonomi bawah kita ada, tapi kemudian peluang itu ditangkap oleh lembaga-lembaga keuangan non bank seperti koperasi, arisan, pinjaman mikro dan lain-lain. Mereka lincah menangkap kebutuhan untuk menabung dan meminjam warga kebanyakan, apalagi di perdesaan.
Satu-satunya perbankan nasional yang punya daya penetrasi paling tinggi adalah BRI. BRI punya sumberdaya pegawai yang bahkan sampai turun ke bawah untuk mengambil tabungan nasabah. Tapi akibatnya ongkos menjadi mahal sehingga sukubunga menjadi lebih tinggi daripada pasar.
Dengan perkembangan teknologi IT, semua orang memang belum tentu memiliki rekening bank, tetapi hampir semua orang mempunyai perangkat HP. Jadi hal ini memang menjadi tantangan tersendiri buat perbankan.
Namun, sebetulnya hal itu tidak begitu menjadi masalah karena mereka mengambil segmen dari mereka yang semula belum mengenal bank. Mereka tidak langsung menusuk ke jantungnya perbankan. Jadi pasar perbankan domestik masih luas. Walaupun masih eksisting tapi dampak tidak begitu terasa.
Adapun bank-bank yang me layoff pegawainya itu memang terjadi di negara-negara barat. Kalau di Indonesia sepertinya tidak begitu berdampak, hanya saja sekarang mereka bersaing dengan kredit-kredit mikro. Tapi tidak akan separah di dunia barat. Lagipula fintech-fintech itu hanya bermain pada mereka yang unbankable, yang belum punya rekening bank. wilayah dimana bank malas masuk karena mungkin berbiaya besar, jadi pangsa itu yang diambil oleh fintech.
Di negara-negara barat, hampir 99 persen penduduknya sudah masuk dalam sistem perbankan. Di Australia, kartu debit perbankan sudah sama seperti KTP. Bahkan kartu bank/debit bank berfungsi sebagai ID.