Ketiga, Harga produk tekstil Indonesia tidak kompetitif atau lebih mahal dibanding produk tekstil impor. Konsumen tekstil Indonesia sebenarnya masih prospektif tetapi karena produk tekstil dalam negeri lebih mahal maka menjadi tidak komptetitif.
Keempat, impor lebih besar daripada ekspor sehingga produk perdagangan tekstil terus mengalami penurunan.
Industri pemintalan dalam negeri juga mengurangi konsumsi bahan baku. Sehingga produktivitas menurun.
Sebab lainnya adalah pertumbuhan impor kain yang tidak diimbangi dengan ekspor garmen. Sehingga merusak industri kain, benang dan serat.
Sebab yang terakhir, ada beberapa regulasi yang dianggap menghambat pertumbuhan industri tekstil. Seperti adanya banjir impor tekstil, arus logistik di pelabuhan dan regulasi tentang limbah.
Intinya pemulihan performa industri tekstil Indonesia harus dilakukan karena pertama industri tekstil Indonesia pernah jaya, artinya bukan sesuatu yg mustahil untuk dicapai. Kedua pasarnya masih ada. Jangan sampai pasar di Indonesia pun direbut oleh asing
Kebijakan yang diperlukan harus komprehensif dari multiaspek. Tidak hanya pembenahan dari SDM, support teknologi, standar Limbah yang make sense, tetapi juga kebijakan terkait ekspor impor, kebijakan mengerem impor untuk produk tekstil yang sudah bisa diproduksi dalam negeri, dan kebijakan untuk mendorong ekspor produk tekstil Indonesia. (pso)