• Senin, 25 September 2023

Pertumbuhan Ekonomi Yes, Ketimpangan No

- Senin, 2 Desember 2019 | 16:00 WIB
Sumber Foto : iBerita.id
Sumber Foto : iBerita.id

GINI Rasio berkurang tetapi tidak signifikan. Semua segmen masyarakat tumbuh. Kelompok miskin, menengah, dan atas semuanya tumbuh, tetapi kecepatan pertumbuhannya yang berbeda, diibaratkan golongan atas naik mobil, sementara golongan miskin naik sepeda.  Keduanya sama maju ke depan tetapi dengan kecepatan yang berbeda.

Kecepatan yang berbeda tersebut membuat gap antara keduanya semakin jauh, walaupun sama-sama maju. Untuk mempersempit gap tersebut harus ada upaya bagaimana golongan bawah bisa punya kecepatan yang lebih tinggi lagi sehingga gap atau ketertinggalannya tidak terlalu jauh.

Pertumbuhan golongan atas sangat cepat. Pertumbuhan income maupun konsumsinya mungkin lebih dari 10 persen, sementara gologan menengah bawah sulit untuk menyaingi kecepatan golongan atas. Untuk mengurangi gap yang ada tidak berarti kecepatan golongan atas direm, menunggu golongan bawah berlari.

Golongan atas biarkan berlari kencang karena mereka  mendorong pertumbuhan ekonomi. Yang perlu diperhatikan adalah golongan bawah. Bagaimana mereka juga mempunyai kecepatan tinggi. Kecepatan pertumbuhan golongan bawah bisa ditingkatkan jika mereka mempunyai kesempatan dalam mengakses pembiayaan yang murah dan mudah, sumber daya ekonomi, jaringan pasar, pendidikan dan keterampilan agar semakin pintar.

Kondisinya tidak yang miskin makin miskin. Dua golongan ini, kaya dan miskin, sama-sama tumbuh tetapi kecepatan pertumbuhannya yang berbeda. Harus diberikan kesempatan yang sama agar golongan bawah bisa tumbuh lebih cepat lagi.

Pemberian Kredit Usaha Rakyat, berdirinya market place untuk pemasaran online, dan pembangunan infrastruktur merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi ketimpangan  di daerah-daerah. Kebijakan ini adalah awal yang baik, cukup bagus, namun bukan segala-galanya. Jangan berhenti di situ.

Kebijakan seperti ini perlu dievaluasi apakah sudah tepat, penerimanya apakah sudah sesuai sasaran, apakah yang menerimanya memiliki kemampuan untuk memberikan efek berganda kepada perekonomian.

Kebijakan tersebut perlu dilanjutkan dengan pendalaman, peningkatan kualitas. Anggaran pemerintah hanya sebagai stimulus karena memiliki keterbatasan. Tidak mungkin semuanya diberikankepada pemerintah. Anggaran yang sifatnya langsung ke daerah hanya sebagai stimulus untuk memacu pertumbuhan.

Untuk itu perlu dibuat program yang strategis dan dievaluasi sehingga terjadi perbaikan di kemudian hari. Anggaran pemerintah dijadikan umpan saja untuk mendapatkan tangkapan yang leibh besar yakni pertumbuhan eknomi masyarakat golongan bawah di perdesaan. (msw)

 
 
Direktur Eksekutif Next Policy, Dosen FEB UI
 
 

Mengatasi ketimpangan pendapatan golongan bawah dan atas melalui kebijakan yang  pro infrastruktur. Yang sekarang sudah dilakukan pemerintah sudah cukup baik. Kebijakan yang pro poor dan pro growth. Kebijakan membangun infrastruktur untuk industri, deregulasi, debirokratisasi adalah beberapa hal   yang cukup signifikan untuk mendorong pertumbuhan.

Masalah ketimpangan memang begitu adanya. Fenomena pembangunan di negara-negara berkembang menunjukkan 20 persen teratas kelompok elite memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dari kelompok bawah. Mereka yang berpendapatan paling bawah bukannya tambah miskin tetapi pertumbuhannya tidak secepat yang kaya.

Saat ini yang harus menjadi prioritas utama adalah meningkatkan pertumbuhan. Kalau nanti sudah mencapai pertumbuhan pada level tertentu dan lepas dari jebakan negara berpendapatan menengah bawah, baru memberantas ketimpangan.

Ketimpangan yang terjadi saat ini tidak bisa dihindari jika dilihat dari sisi pendapatan. Namun GINI ratio yang ada saat ini secara relatif menunjukkan tidak ada masalah yang berarti.

Kecepatan pertumbuhan kelompok bawah tidak karena kurangnya kesempatan mendapatkan akses ke sumber daya ekonomi, namun lebih kepada masalah keterampilan masyarakat golongan bawah yang terbatas. Harus ada peningkatan keterampilan mereka melalui kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan industri. Jika keterampilannya sudah ketemu dengan kebutuhan industri maka kesempatan itu selalu ada.

Kesempatan dan akses yang diberikan kepada golongan bawah sudah cukup baik. Masalahnya tidak di sana tetapi pada kapasitas. Masyarakat kelas bawah harus ditingkatkan keterampilannya melalui pembenahan kuriklulum.  Hal ini bisa dicapai jika Indonesia sudah tumbuh.

Halaman:

Editor: Sarwani

Terkini

Siapkan Doping Ekonomi Hadapi Covid-19

Kamis, 26 Maret 2020 | 19:00 WIB

Ekonomi Tolak Merana Akibat Corona

Senin, 16 Maret 2020 | 19:00 WIB

Korupsi, Kesenjangan, Kemiskinan di Periode II Jokowi

Senin, 17 Februari 2020 | 14:30 WIB

Omnibus Law Dobrak Slow Investasi Migas?

Sabtu, 1 Februari 2020 | 17:30 WIB

Omnibus Law dan Nasib Pekerja

Rabu, 29 Januari 2020 | 19:45 WIB

Pengentasan Kemiskinan Loyo

Jumat, 17 Januari 2020 | 16:00 WIB

Omnibus Law Datang, UMKM Meradang?

Kamis, 16 Januari 2020 | 10:00 WIB

Kedaulatan Energi di Ujung Tanduk?

Jumat, 20 Desember 2019 | 19:00 WIB

Aturan E-Commerce Datang, UMKM Siap Meradang

Senin, 9 Desember 2019 | 15:45 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Yes, Ketimpangan No

Senin, 2 Desember 2019 | 16:00 WIB

Upaya Berkelit dari Ketidakpastian Ekonomi Dunia, 2020

Kamis, 21 November 2019 | 18:15 WIB

Menunggu Hasil Jurus Baru ala Menteri Baru KKP

Rabu, 20 November 2019 | 10:00 WIB
X