Watyutink.com - Pandemi COVID-19 (virus corona) yang tengah melanda dunia, juga Indonesia mendorong diterapkannya pola hidup baru. Orang menyebutnya dengan istilah “new normal” atau kenormalan baru. Siapkah Indonesia menerapkan pola hidup kenormalan baru dengan segala protokol pendukungnya?
Salah satu pola hidup yang berubah dari masyarakat adalah dalam hal transaksi jual beli. Transaksi konvensional dengan menggunakan uang fisik, perlahan bergeser menggunakan uang elektronik. Tujuannya tak lain untuk menekan penyebaran COVID-19. Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi elektronik meningkat pesat di tengah Pandemi COVID-19.
Deputi Gubernur Senior BI menginformsikan, sejak Maret sampai April 2020 (kurun waktu sebulan), terjadi peningkatan transaksi elektronik sebesar 16,7 persen. Di bandingkan dengan periode yang sama pada 2019, peningkatan tercatat sebesar 64,5 persen. Selain upaya menekan penularan COVID-19, adakah manfaat lain yang bisa dipetik dari peningkatan transaksi elektronik ini?
Transaksi elektronik merupakan produk dari digitalisasi ekonomi. Pada era globalisasi, digitalisasi ekonomi merupakan suatu keniscayaan yang tak mungkin dihindari. Digitalisasi di Indonesia mendorong lahirnya startup baru. Startup bukan barang baru di Indonesia. Menurut jejak digital yang bisa diakses melalui mesin pencari daring, startup telah bermunculan pada awal milenum ini. Era 2010-an, istilah startup booming dan santer didengar telinga masyarakat tanah air.
Startup dianggap menjawab serta menyediakan yang menjadi kebutuhan khalayak. Mulai dari jasa layanan transportasi, jual beli kebutuhan sehari-hari sampai wahana pencarian jodoh. Startup dua negara adikuasa, China dan Amerika Serikat pun turut bersaing dalam merebut pasar global. Amerika Serikat dengan amazon.com dan China dengan Alibabanya. Apakah mungkin suatu saat nanti kita memiliki startup kelas dunia yang mampu bersaing dengan kedua raksasa startup itu?
Konon katanya Alibaba merupakan startup yang terbangun dari sekumpulan unit usaha kecil dan menengah (UMKM) dari daerah pedesaan di daratan China. Pemanfaatan startup dalam mengembangkan UMKM juga mulai dilakukan di Indonesia. Masa pandemi COVID-19, bisa dibilang menjadi titik puncak pemanfaatan starup secara umum digitalisasi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apakah kita bisa mengambil keuntungan lebih dari pemanfaatan digitalisasi ekonomi di tengah pandemi COVID-19?
Digitalisasi ekonomi membutuhkan infrastruktur pendukung seperti perangkat keras, perangkat lunak dan sambungan internet. Pada 2019 Indonesia menduduki pringkat kelima pengguna internet terbanyak. Sayangnya sebaran pengguna internet di Indonesia tidak merata, sebagian besar terpusat di kota-kota besar.
Sementara potensi ekonomi dan UMKM desa memerlukan promosi yang gencar, untuk memudahkannya diperlukan akses internet. Apakah kita siap memanfaatkan digitalisasi ekonomi di tengah pandemi untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan rakyat banyak? Apakah digitalisasi ekonomi bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan UMKM baik di kota maupun di desa?
Apa Pendapat Anda? Watyutink?
OPINI PENALAR
Sangat miris jikalau kita berbicara soal digitalisasi ekonomi dengan melihat infrastruktur pendukung yang belum memadai saat ini. Jika melihat data, saat ini masih ada 13.577 desa di Indonesia yang belum memiliki akses internet yang memadai, padahal kalau kita bicara digitalisasi ekonomi, salah satu infrastruktur yang harus disediakan adalah jaringan komunikasi dan akses internet itu sendiri.
Oleh karena itu, untuk mendukung masyarakat, khususnya di desa dalam menghadapi digitalisasi ekonomi, pemerintah akan menggenjot infrastruktur komunikasi serta perluasan jaringan internet menjadi salah satu sasarannya.
Pemerintah tengah mengupayakan untuk melakukan aktivasi jaringan internet pada 275 desa yang ada di Pulau Jawa. Ditargetkan pada akhir 2020 275 desa itu sudah mendapatkan akses ke jaringan internet. Tahap selanjutnya, seluruh desa yang belum mendapatkan akses jaringan internet, berjumlah 13.577 desa ditargetkan terhubung dengan internet pada akhir 2024.