Watyutink.com - Nilai tukar rupiah terus mengalami penurunan. Pada Rabu 6 Juli 2022 bahkan sudah menyentuh Rp15.016 per dolar Amerika Serikat (AS). Sehingga pada pada hari ini rupiah melemah 0,21 persen dibanding sebelumnya.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengaku pihaknya menaruh perhatian pada pelemahan rupiah. Saat memberikan keterangan, Rabu 6 Juli 2022, Edi mengatakan pemicu utamanya adalah kekhawatiran pelaku pasar keuangan akan adanya perlambatan ekonomi global yang menjurus pada resesi.
"Pemicu utama datang dari pasar keuangan global, dimana pelaku pasar khawatir akan terjadinya perlambatan lebih jauh atas ekonomi global bahkan khawatir bisa masuk ke kondisi resesi,"ujarnya.
Edi menambahkan kondisi ekonomi Amerika Serikat saat ini tampaknya mendukung kekhawatiran para pelaku pasar keuangan. Terlebih saat ini acaman inflasi terus menghantui banyak negara.
Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku tidak khawatir dengan nilai tukar rupiah yang terus menurun. Wanita yang biasa disapa Ani ini menegaskan fundamental ekonomi Indonesia masih cukup baik. Menurutnya kondisi ekonomi dunia masih akan terus bergerak dinamis.
Saat berbicara di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa 5 Juli 2022, Ani mengakui tekana terhadap rupiah akibat gejolak global, seperti ancaman inflasi dan kriss keuangan. Namun Ani menegaskan dari sisi neraca pembayaran, transaksi Indonesia berjalannya cukup baik.
"Situasi dunia sekarang memang masih akan sangat dinamis. Namun, kita kan Indonesia dari sisi neraca pembayaran, transaksi berjalannya cukup baik," ujarnya.
Ani menambahkan aliran keluar atau outflow modal asing masih akan terjadi dalam waktu dekat. Hal itu lantaran pelaku pasar akan mencari tempat yang dirasa paling aman dan menguntungkan untuk menyimpan dananya.
Mantan Direktur Operasional Bank Dunia ini menyatakan pemerintah bersama BI akan terus memperhatikan kondisi yang tengah terjadi. Menurutnya Ani, pemerintah akan melakukan kebijakan fiskal sedangkan BI mengambil kebijakan dari sisi moneter. Stabilitas baik fiskal maupun moneter juga akan dijaga melalui pengaturan baik dari sisi belanja, sisi penerimaan dan sisi pembiayaan.
"Ini semua yang harus kita kelola dalam mengelola baik di 2022 maupun di 2023," imbuh Ani.
Pernyataan Ani tersebut langsung menuai kritik anggota DPR RI Fadli Zon. Melalui cuitan di akun twitternya @fadlizon, Rabu 6 Juli 2022, politisi Partai Gerindra ini menyebut pernyataan Ani senagai argumentasi klasik. Fadli mengatakan alasan fundamental ekonomi baik juga pernah diucapkan pemerintah jelang terjadinya krisis ekonomi pada 1997-1998 silam.
"Argumentasi klasik seperti jelang krisis ekonomi 1997-1998, tak perlu khawatir krn fundamental ekonomi Indonesia kuat. Akhirnya depresiasi rupiah dari 1 USD = Rp. 2200 menjadi Rp. 16.000. Krisis moneter lalu krisis ekonomi, sosial n politik," ujar Fadli.
Sementara itu jurnalis Ali Syarief melalui akun twitternya @alisyarief, Rabu 6 Juli 2022, menuliskan, "Pada hari ini kurs rupiah sempat menembus level 15.962 per dolar AS. Indonesia menangis."