• Senin, 25 September 2023

Pengusaha dan Pedagang Tolak Larangan Rokok Dijual Eceran

- Selasa, 27 Desember 2022 | 13:00 WIB
Ilustrasi rokok eceran
Ilustrasi rokok eceran

Watyutink.com - Rencana pemerintah melarang penjualan rokok secara eceran atau batangan mendapat penolakan dari kalangan pengusaha. Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) Benny Wahyudi menyatakan larangan tersebut belum tentu berhasil jika tujuannya untuk mengurangi jumlah perokok berusia muda atau anak-anak.

"Kami dari Industri Hasil Tembakau (IHT) tidak sependapat terkait larangan penjualan ketengan ini," ujar Benny.

Saat berbicara Senin 26 Desember 2022, Benny menuturkan aturan yang digagas oleh Kementerian Kesehatan ini belum tentu berhasil menurunkan prevelensi perokok usia remaja. Bisa saja nantinya para remaja akan membeli rokok secara patungan. Artinya beberapa remaja membeli rokok sebungkus dan nantinya dinikmati bersama.

"Kalau hal ini ditujukan untuk mencegah anak di bawah umur, beberapa anak dapat bergabung untuk membeli sebungkus rokok," tuturnya.

Sebaliknya menurut Benny, aturan tersebut justru akan memaksa orang dewasa membeli rokok dalam jumlah banyak. Mereka yang biasanya membeli eceran nantinya bakal membeli sebungkus. Akibatnya orang yang mungkin biasanya merokok 1 atau 2 batang saja per hari akan terpancing menghisap rokok dalam jumlah yang lebih banyak.

"Selain itu larangan penjualan eceran ini justru akan 'memaksa' orang dewasa yang hanya merokok sehabis makan atau mau ke kamar mandi untuk membeli sebungkus rokok. Padahal, mereka biasanya hanya menghabiskan 2-3 batang saja per hari," ungkap Benny.

Ungkapan keberatan juga disuarakan para pedagang dan pemilik warung kecil. Mereka khawatir omset penjualan mereka bakal turun jika rokok tidak boleh dijual ketengan atau eceran. Dikutip dari CNN Indonesia, Senin 26 Desember 2022, Kartina (47 tahun), pemilik warung kecil di Manggarai, Jakarta Selatan mengatakan penjualan rokok eceran lebih menguntungkan ketimbang per bungkus.

Kartina bahkan menyebut penjualan rokok per bungkus tidak menghasilkan keuntungan. Itulah sebabnya ia mengaku takut penghasilannya menurun jika nantinya rokok tidak boleh dijual secara eceran.

"Ya kalau bungkusan nggak ada untungnya, cuma Rp1.500-an. Kalau ketengan kan dijualnya satu barang Rp2.000, masih lebih untung," ujarnya.

Iwan (44 tahun) menyampaikan keluhan yang sama. Pedagang rokok di daerah Menteng, Jakarta Pusat, ini khawatir omsetnya bakal turun jika larangan penjualan rokok eceran benar-benar diterapkan. Sama seperti Kartina, Iwan menyebut berjualan rokok secara eceran lebih menguntungkan ketimbang bungkusan.

"Kalau saya mah mendingan ketengan. Orang (pembeli) juga kan belum tentu beli bungkusan terus. Harus punya duit," ucap Iwan.

Namun, Iwan mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah jika nantinya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerapkan aturan tersebut. Iwan mengaku hanya akan menggantungkan nasib pada pembeli yang hanya mau membeli rokok per bungkus.

Perdagangan kecil takut penghasilannya turun rokok tidak boleh dijual eceran
Perdagangan kecil takut penghasilannya turun rokok tidak boleh dijual eceran (bolehmerokok.com)

"Nggak bisa ngomong apa-apa kita mah. Kalau sudah aturan dari sana (pemerintah) ya ngikutin," ujarnya.

Halaman:

Editor: Yusuf Rinaldy

Tags

Terkini

Pemerintah Umumkan Libur Lebaran 19-25 April 2023

Kamis, 30 Maret 2023 | 14:30 WIB
X